Tuesday, 6 April 2010
Politik memiliki artian sebagai cara untuk mencapai masyarakat yang lebih baik1. Namun politik juga sering didefinisikan sebagai suatu cara untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dengan cara apapun dan bertujuan untuk menguasai. Sedangkan orang yang terjun kedalam politik disebut sebagai politikus. Politik sudah sering digunakan oleh banyak orang, terutama untuk orang-orang yang menginginkan kekuasaan. Namun terkadang politik sering dijadikan alat untuk melakukan penaklukan demi mencapai tujuan tersebut, meskipun memang tercipta masyarakat yang lebih baik tapi sangat disayangkan dalam perjalanannya sering diawali dengan adanya pertumpahan darah.
Pada zaman Jawa Kuna saat itu sudah mulai banyak kerajaan-kerajaan yang berdiri dan karena kerajaan-kerajaan merupakan suatu pemerinahan maka politik sudah sering dilakukan, hal ini terlihat dari bukti-bukti yang menunjukkan adanya hubungan kerjasama antara suatu pemerintahan dengan pemerintahan yang lain. Bahkan politik pada masa itu sudah mulai digunakan untuk melakukan perluasan daerah kekuasaan bagi kerajaan-kerajaan yang ada pada saat itu baik dengan cara diplomasi ataupun penaklukan dengan peperangan dan kadang digunakan juga untuk mengejar kepentingan perseorangan.
Banyak ide atau yang lebih dikenal dengan nama Arya Wiraraja dapat disebut sebagai seorang politikus yang handal pada zaman Jawa Kuna. Hal ini ditunjukkan dengan bukti-bukti berupa cerita-cerita tentang bagaimana ia membantu orang lain untuk mendapatkan kekuasaan. Seperti contoh bagaimana ia membantu Raja Jayakatwang menaklukkan kerajaan Singasari yang pada saat itu dipimpin oleh Raja Kertanegara2 atau keika ia membantu Raden Wijaya dalam mendirikan kerajaan baru yang dinamakan Majapahit3. Dengan melihat bukti-bukti tersebut dapat dikatakan bahwa Arya Wiraraja sangat berperan penting dalam kegiatan politik kedua kerajaan tersebut meski dengan zaman yang berbeda.
Namun melihat bukti-bukti tersebut muncul pertanyaan apa yang sebenarnya dicari oleh Arya Wiraraja. Apakah ia menginginkan kekuasaan meskipun ia telah memiliki kekuasaan sebelumnya atau ia ingin memperluas daerah kekuasaannnya namun dengan cara seperti itu bukankah dengan ia membantu kerajaan malah membuatnya harus tunduk terhadap raja yang memerintah atau bahkan ia hanya ingin menunjukkan sebuah eksistensi dalam dunia politik saat itu? Tulisan ini dalam batasan tertentu mencoba untuk mengkaji dengan melihat sedikit dari sejarah dari kehidupan Arya Wiraraja. Dalam melakukan kajian tersebut, tulisan ini mengembangkan satu tesis bahwa Arya Wiraraja melakukan itu semua untuk mendapatkan kekuasaan dibanding untuk memperlihatkan ekistensi di kancah politik saat itu.
Dalam tulisan ini, saya menggunakan tiga tahapan penting dalam kehidupan politik Arya Wiraraja yaitu: 1) Arya Wiraraja di Singasari, 2) peran Arya Wiraraja di Kadiri, 3) Arya Wiraraja di zaman Majapahit. Karena dengan melihat ketiga tahapan tersebut dapat dilihat apa yang dilakukan dan apa yang diraih Arya Wiraraja dalam kehidupan politik yang ia jalani.
Demung yang Tersingkirkan
Singasari mencapai puncak kejayaan ketika masa pemerintahan Kertanegara, namun dibalik kesuksesannya itu ia banyak mengambil keputusan yang kontroversial dan lebih mementingkan peraasannya sendiri. Ini terbukti dengan keputusannya yang banyak menyingkirkan para anggota pemerintahan yang ada di dalam kerajaan. Selain itu keputusannya juga membuat rakyatnya mengalami kegelisahan. Keglisahan tersebut dapat terlihat dengan banykanya pemberontakkan yang terjadi pada masa pemerintahannya.
Banyak pegawai pemerintahan yang pada saat itu disingkirkan karena mereka tidak setuju denga politik luar negeri Kertanegara. Dari semua pegawainya tersebut ada beberapa yang melakukan pemberontakkan terhadap Kertangara seperti Mpu Raganata yang diturunkan menjadi ramadhyaksa di Tumapel, kemudian Tumenggung Wirakreti yang diturunkan menjadi mantri angabhaya4 dan Banyak Wide atau Arya Wiraraja yang diturunkan menjadi adipati di daerah Sumenep Madura Timur.
Namun pemberontakan pertama pada masa pemerintahannya bukanlah dari tokoh-tokoh tersebut melainkan dari Kelana Bhayangkara dan Cayarja. Meski pemberontakkan terebut berhasil ditumpas, namun pemberontakkan tersebut cukup membuat politik luar negeri Prabu Kertanegara menjadi terhambat6.
Setelah semua pemberontakkan tersebut ditumpas barulah politik luar negeri kerajaan Singosari mulai dijalankan. Politik tersebut adalah perluasan wilayah kekuasaan kerajaan Singasari keseberang lautan yang lebih dikenal sebagai ekspedisi Pamalayu. Dengan adanya ekspedisi ini membuat kerajaan Singasari menjadi kosong, kosong disini berarti tidak adanya kekuatan yang cukup untuk mempertahankan kerajaan apabila mendapatkan serangan. Hal ini dimanfaatkan oleh Raja Muda Jayakatwang untuk menyerang Singasari atas saran dari Arya Wiraraja.
Balas Dendam Sang Adipati
Kadiri disini adalah lanjutan dari kerajaan Kadiri sebelumnya, kerajaan ini didirikan lagi oleh Raja Muda Jayakatwang yang memberontak terhadap Prabu Kertanegara dan berhasil membunuh sang Prabu dan menaklukkan Singasari. Beliau adalah seorang Raja bawahan di daerah Gelang-gelang yang merupakan auatu daerah kekuasaan dari kerajaan Singasari yang diangkat oleh Prabu Kertanegara yang sebelumnya adalah seorang pegawai kerajaan.
Pada awalnya Raja Jayakatwang memang berniat untuk melakukan pemberontakkan kepada Prabu Kertanegara, hal ini dimaksudkan untuk membalas dendam leluhurnya yaitu Jayanegara yang pada waktu ia berkuasa dikalahkan oleh Ken Arok yang merupakan leluhur dari Kertanegara.
Arya Wiraraja yang ingin membalas sakit hatinya kepada Kertanegara mengetahui hal tersebut. Kemudian Arya Wiraraja melalui putranya sendiri mengirimkan surat kepada Raja Jayaktwang7. Yang berisiskan saran untuk segera menyerang Singasari karena paa saat itu dalam keadaan kosong. Surat itu berbunyi :
“Tuanku, patik baginda bersembah kepada paduka Raja. Jika paduka Raja bermaksud untuk berburu di tanah lapang lama, hendaknya paduka Raja sekarang berburu. Ketepatan dan kesempatannya baik sekali. Tak ada bahayanya, tak ada harimau, tak ada banteng, dan tak ular durinya. Ada harimau tapi tak bergigi8."
Dalam suratnya diatas, Arya Wiraraja memberitahukan bahwa bila Raja Jayakatwang ingin menyerang Singasari dilakukan saat ini, karena Singasari dalam keadaan yang kosong, tidak ada Patih dan tidak ada prajurit. Yang ada hanya Mpu Ragnata yang sudah tua yang dianggap sebagai harimau tak bergigi.
Kemudian Raja Jayakatwang menyerang Singasari dan berhasil menyudutkan pasukan yang tersisa yang ada di Singasari. Akhirnya Jayakatwang berhasil membunuh Prabu Kertanegara dan menguasai Singasari dan mendirikan kerajaan Kadiri, inii semua berkat saran dari Adipati Sumenep yang bernama Arya Wiraraja.
Tujuan Akhir Sang Adipati
Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara berhasil melarikan diri bersama keempat putri Kertanegara dari serangan Jayakatwang. Beliau melarikan diri ke daerah Madura atau lebih tepatnya ke daerah Sumenep. Sesampainya di Sumenep beliau diterima dengan baik oleh Adipati Sumenep yaitu Arya Wiraraja.
Hal ini dilakukan oleh Arya Wiraraja karena ia ingin membalas budi kepada Raden Wijaya. Dahulu Arya Wiraraja pernah mengabdi kepada Narasingamurti yang merupakan kakek dari Raden Wijaya. Namun Raden Wijaya awalnya tidak begitu percaya, karena Raden Wijaya masih tidak mengerti kenapa Arya Wiraraja mengkhianati mertuanya yaitu Prabu Kertanegara, namun karena mendengarkan penjelasannya beliau akhirnya mengerti.
Akhirnya Arya Wiraraja mau menolong Raden Wijaya untuk menaklukkan Raja Jayakatwang, namun pertolongan ini tidak cuma-Cuma, Raden Wijaya menjanjikan akan membagi tanah Jawa menjadi 2 apabila Arya Wiraraja mau membantu mereka dan ini membuat Arya Wiraraja sangat senang.
Arya Wiraraja akhirnya menyarankan kepada Raden Wijaya untuk menyerah dan berjanji untuk mengabdi kepada Raja Jayakatwang. Raden Wijaya akhirnya mengikuti saran dari Arya Wiraraja, beliau bersama pengikutnya menghadap Jayaktwang dan mengakui kekuasaan Raja Jayakatwang dan untuk membunktikannya Raja Jayakatwang menguji kesetiaan Raden Wijaya dan pengikutnya dengan cara mereka semua harus melawan prajurit dari Kadiri. Raden Wijaya akhirnya memenangkan pertarungan itu, dan Jayakatwang memberikan kepercayaan kepada Raden Wijaya. Kemudian Arya Wiraraja menyarankan kepada Raja Jayakatwang untuk memberikan daerah di hutan Tarik kepada Raden Wijaya dengan alasan agar Jayakatwang memiliki tempat untuk beristirahat ketika sedang berburu, dan untuk membalas budi beliau mengabulkannya.
Pemberian ini sangatlah memberikan arti yang sangat besar bagi Raden Wijaya. Dengan begitu beliau dapat menyusun kekuatan untuk menghancurkan Jayakatwang. Dengan tanah pembrian itu bliau membuat tempat persinggahan perburuan untuk Jayakatwang, namun dibalik itu semua beliau membuat dan membangun benteng pertahanan guna melancarkan serangan pada Raja Jayakatwang.
Akhirnya saat yng ditunggu telah datang, namun terdapat sedikit masalah disana. Ketika pasukan Raden Wijaya atas saran Arya Wiraraja ingin menyerang Kadiri, tentara Mongol kembali ke tanah jawa dengan tujuan untuk menghancurkan Kertanegara. Menerima saran dari Arya Wiraraja, Wijaya mengutus orang untuk menyampaikan pesan bahwa beliau mau tunduk kepada Kaisar Mongol dengan syarat mau membantu melenyapkan Jayakatwang, dan para tentara Mongol itu percaya.
Namun rencana tersebut diketahui oleh Prabu Jayakatwang, sehingga beliau mengirim pasukan untuk menyerang Raden Wijaya. Namun karena kerjasama dengan tentara Mongol semua pasukkan Kadiri berhasil dikalahkan. Atas saran dari Arya Wiraraja, Raden Wijaya meminta tentara Mongol untuk menyerang Kadiri. Akhirnya tentara Mongol menyerang Kadiri yang beribukota di Daha dan berhasil mengalahkan Jayakatwang. Ketika para tentara Mongol sedang menikmati kemenangan, Raden Wijay dan pengikutnya melakukan serangan tiba-tiba. Para tentara Mongol yang tidak siap akan serangan itu akhirnya dapat dikalahkan dan kemudian meninggalkan Jawa, setelah itu Majapahit berdiri sebagai sebuah kerajaan.
Setelah Majapahit berdiri Raden Wijaya diangkat sebagai raja dan memiliki gelar Abhiseka Kertarajasa Jayawardhana, beliau kmudian mengangkat Arya Wiraraja sebagai penasehat kerajaan dan bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka. Sebagai penasehat beliau selalu memberikan saran-saran yang baik kepada sang raja Sangramawijaya. Namun semua itu berubah ketika putranya atau yang lbih seting dikenal dengan nama Rangga Lawe memberontak, walau pemberontakkan tersebut dapat ditumpas namun dalm penumpasannya Rangga Lawe terbunuh dan itu membuat Arya Wiraraja sakit-sakitan. Akhirnya ia meminta Sangramawijaya untuk menepati janjinya. Akhirnya Kertarajasa memberikan Majapahit di bagian Timur yang beribukota Lumajang kepada Arya Wiraraja. Setelah itu nama Arya Wiraraja tak lagi terdengar dan diperkirakan ia meninggal sekitar tahun 1316, karena pada saat itu Majapahit bagian Timur telah bersatu kembali dengan Majapahit bagian Barat dan bukti menunjukkan pada saat itu Arya Wiraraja tidak lagi menjadi raja di daerah tersebut.
Reza Alkahfillah (Pend Sejarah 08)
2 comments:
pada saat itu tentara mongol dikelabui bahwa jayakatwang itu adalah kertanegara jadi raden wijaya itu tidak terus terang bahwa singasari atau kertanegara sudah terbunuh. sedikit menambahkan bahwa ranggalawe itu memberontak sebenarnya karena ada hasutan oleh salah satu senopati majapahit yg bernama dyah halayuda bahwa ranggalawe akan memberontak padahal itu adalah tipu muslihat dan adu domba supaya dyah halayuda bisa menempati posisi ranggalawe.
Bagu bah jadi ber tambah ilmu ku
Post a Comment