Pseudo Love

Friday 23 April 2010

Kalo kita berduaan kya gini,
dunia serasa milik berdua..ya..yank..

Zaman telah berganti,tindak-tanduk manusia pun berubah sesuai dengan kebudayaan yang di lahirkanya. Perjalanan panjang itu berhasil juga membangun karakter sekaligus menggeser makna Cinta dalam masyarakat modren saat ini.
Kata di atas tanpa disadari adalah alam bawah sadar mereka yang di ungkapkan ketika berduaan di taman lancongan atau tempat sejenisnya yang biasa di gunakan pemuda dan pemudi bercinta. Dunia yang begitu luas dan banyak manusia-manusia yang bergerak dan hidup ini dianggap ngontrak bahkan gak ada, pantas ketika sedang asik berduaan,seorang ibu di rumah memanggil atau kawan di tongkrongan butuh makan mereka tak menghiraukan bak angin ribut yang mengganggu suasana yang baginya romantis. Sungguh tragis Cinta di bunuh Cinta.

Homo Homini Lupus

Bisa jadi ini yang terjadi ketika cinta di artikan menjadi seperti itu, manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya seperti Thomas Hobes katakan, tapi apa benar bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi mangsa dan pemangsa bagi sesamanya?? Saya fikir Tuhan tidak sebodoh dan sekejam itu membangun permainan yang disebut “Dunia” ini. Seandainya keterlemparan kita ke dunia ini di awali proses diskusi dengan Tuhan, tentunya saya akan menolak saat akan di lemparkan ke dunia ini,namun Tuhan tidak sekejam apa yang di bilang oleh Hobes, dialah sang Rahman dan Rohhim yang juga penuh Cinta Kasih. Segelintir manusia berusaha keluar dari logika persepsi seperti itu. Praktek Cinta yang seseungguhnya adalah ‘memberi’, namun bukan sekedar kemudian “memberi”; pengorbanan-bertanggung jawab-perhatian- dll. Lebih dari itu semua,kata ‘memberi’ menjadi pelengkap dari kemanusiaan, juga dia memberikan apa yang ada dalam dirinya; dia juga memberikan kegembiraan, kepentinggannya, pemahamanya, pengetauanya, kejenakaanya, kesedihannya- semua ekspresi serta manifestasi yang ada di dalam dirinya yang hidup. Tidak sekadar dengan kekasih bahkan melampaui seorang kekasih yakni orang banyak. Kita telah memperkaya orang lain, meningkatkan prasaan hidup orang lain lewat peningkatan perasaan hidupnya sendiri.

Ternyata menjalin asmara tak sekedar bahasa,
Aplikasi teori lebih dari logika

Harusnya cinta bisa membangun persekawanan yang lebih berarti dari yang sudah ada sebelum-sebelumnya, bukan karena ada sesuatu yang kita inginkan kemudian kita tampil menjadi sesosok yang care- namun harus lebih dari itu. Karena ada cinta dan kemanusian lah kita hadir di sela-sela persekawanan.

Kenang Kelana (Pend Sejarah 07)


Share/Bookmark Baca Selengkapnya......

Akankah melupakan sejarah menjadi bagian dari sejarah bangsa Indonesia

Thursday 22 April 2010

Nyaris bagi seluruh anak-anak sekolah dasar di Jakarta mampu menghafal teks sumpah pemuda dengan baik, dan nayaris dari mereka pula mampu menghafar teks proklamasi, dan jangan heran jika mereka hafal pancasila diluar kepala. Ya, mungkin anada adalah salah satu dari bagian anak-anak itu saat bersekolah di sekolah dasar.


Nyaris tanpa kita sadari teks-teks itu atau butir-butir pancasila itu akan menghilang dari otak kita secara pasti dan berganti menjadi rumus-rumus matemati atau pun startegi perekonomian. Apakah yang salah dari sebuah peristiwa kecil ini, kita yang terlalu menyepelekan sebuah sejarah atau ada sejuta alasan lain yang bisa dikemukakan oleh kita ?. atau inikah salah satu dari yang anada pikirkan.
“@xxxx kenapa sih gue mesti belajar sejarah, kenapa gue mesti mempelajari sesuatu yang udah berlalu, agak buang2 waktu deh”
(mengutip dari sebuah twitt seseorang)
Sejarah bangsa kita saat ini kedudukannya tanpa kita sadari hanya bagaikan sebuah butiran kecil dan hanya berfungsi sebagai ”pemanis” . betapa kecewanya saat saya mengetahui jika tokoh yang mereka ketahui sebagai pahlawan bangsa hanyalah Sukarno dan Hatta. Dan saya yakin jika Sukarno dan Hatta bukanlah tokoh yang yang memproklamasikan kemerdekaan, mungkin sekarang kita juga akan lupa dengan sukarno dan Hatta. Tragis!!! Disaat semua polemik yang ada, di saat semua orang mengingkan perubahan besar bagi bangsa Indonesia dan ketika semua orang mampu berkata-kata secara teori, namun tak ada satupun yang merujuk pada sebuah sejarah. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang telah mengalami banyak peristiwa sejarah bagi kita tapi kita belum bisa belajar dan belajar dari sebuah sejarah.
Buat apa ada Sukarno ? buat apa ada Hatta? Buat apa ada Syahrir? Buat apa ada Tan malaka ? Buat apa Ken arok ? buat apa ada Majapahit ? buat apa ada homo sapiens? DAN BUAT APA ADA ANDA ? Lalu buat apa kita mesti belaja sejarah jika kita tidak dapat menghargai sebuah makna dari sejarah. Nyaris anak-anak muda zaman sekarang tak tahu makna sejarah buat mereka, hanya ekonomi dan lainnya menjadi dewa bagi kita sekarang. Kedudukan sejarah tidak menjadi terlihat, gelap dan busam. Semua ini akan menjadi peninggalan bagi kita semua di masa yang akan datang. Sebuah waktu dimana ”kita lupa akan sejarah” dan inikah yang akan menjadi sebuah sejarah baru nagi bangsa kita. Apakah yang salah dari kita sebagai suatu bangsa ? dan solusi nya apa. Marilah kita mematahkan sebuah paradigma mengenai sejarah, dan mulailah menyebarkan virus sejarah bagi diri anda dan lingkungan anda, jangan hanya berkutik pada teori karna saya rasa negri ini sudah ’muak’ dengan teori.

Sahrul Sandi (Pend Sejarah 08)


Share/Bookmark Baca Selengkapnya......

Prostitusi Jepang di Hindia Belanda (1885-1912)


Prostitusi sebagai fenomena sosial senantiasa muncul dan berkembang di setiap zaman dan keadaan. Secara biologis, selama ada nafsu birahi manusia maka prostitusi akan terus lestari. Tak heran jika prostitusi tak pernah selesai dikupas, apalagi dihapuskan (Utomo, 2001). Walaupun demikian prostitusi tidak hanya mengungkap sisi gelap kehidupan manusia seperti bentuk transaksional hubungan kelamin, eksploitasi perempuan dan mereka yang terlibat di dalamnya saja, melainkan prostitusi mampu menggerakkan kehidupan sosio-ekonomi, seperti yang dilakukan para pelacur dari Jepang, baik melalui devisa yang masuk ke Jepang dan perdagangan di banyak tanah rantau, salah satunya Hindia Belanda (Indonesia sekarang).


AWAL KEDATANGAN
Sejarah mencatat, pekerja seks komersial Jepang yang disebut karayuki-san melakukan kedatangan pertama pada tahun 1885 ke Hindia Belanda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kedatangan mereka seperti pengaruh Restorasi Meiji (1885-1890), di mana kolonialisasi yang dilakukan Jepang mengalami transisi dari “kolonialisasi dalam negeri” menjadi “kolonialisasi daerah luar negeri”; konsep daerah Nanyo sebagai daerah selatan Jepang (Wilayah Asia Tengara maksudnya-pen.) yang harus diekspansi karena berpotensial memiliki kekayaan sumber daya alam sehingga memiliki harapan yang cerah untuk hidup sejahtera dan akibat pemberlakuan Undang-Undang Liberalisasi Hindia Belanda pada tahun 1870 yang memungkinkan pendatang dari luar negeri mencari penghidupan yang layak di Hindia Belanda, ditambah Jepang memiliki hubungan baik dengan Belanda sejak tahun 1600 (Wibawarta, 2008: 250).
PRAKTEK PROSTITUSI
Daerah persebaran karayuki-san meliputi daerah Siberia, Manchuria, Cina, daerah Pasifik Selatan, India sampai Amerika dan Afrika. Fukuzawa Fukichi, seorang cendekiawan dan tokoh terkemuka pada zaman Meiji menyebutkan peranan penting karayuki-san dalam sosio-ekonomi Jepang. Karayuki-san mengirim uang kepada sanak sudaranya di Jepang yang secara tidak langsung mendatangkan devisa bagi negara Jepang dan mendukung perkembangan serta pembangunan negara tersebut. Mereka masuk ke Hindia Belanda melalui Singapura, dan menyebar ke Medan, Palembang, Batavia, Surabaya, hingga Sandakan (kini bagian dari Sabah, Malaysia Timur). Menurut Peter Post (1992, 161) yang meneliti kegiatan orang Jepang di Hindia Belanda pada periode tahun 1868-1942, menemukan fakta bahwa pada tahun 1896 jenis pekerjaan penduduk Jepang di Hindia Belanda terdapat 48.0% karayuki-san dan sebanyak 9.1% adalah pemilik bordil atau germo.
Adapun gelombang kedatangan karayuki-san ke Hindia Belanda adalah tonggak awal kedatangan gelombang rombongan pedagang terutama pedagang kelontong Jepang. Menurut Shimizu Hajime, seorang ahli sejarah ekonomi Jepang, menyatakan bahwa pedagang kelontong awalnya melayani kebutuhan karayuki-san. Aktivitas mereka antara lain sewa-menyewa kamar (sehubungan dengan kegiatan prostitusi karayuki-san), membuka kedai makanan untuk menyediakan masakan Jepang, membuka salon rambut penataan sanggul cara Jepang, memperjualbelikan ikat pingang untuk kimono dan lain sebagainya (Astuti, 2008: 3).
Kehadiran pelacur impor seperti karayuki-san memang menjadi favorit para lelaki hidung belang (dimasa itu disebut “pria berhidung putih”). Seiring kedatangan para karayuki-san, pelacur dan escort lady asal daratan Tiongkok juga berdatangan. Pada masa itu pria Jepang sangat bergantung pada wanita, baik secara langsung mengeksploitasi pelacur sebagai germo dan pemilik bordilnya ataupun melayani kebutuhan sehari-hari mereka sebagai penari Rickshaw (jinrikisha-fu), tukang cukur, tukang cuci, tukang foto, tukang gigi, tukang pijat, penjual tekstil (gofuku-sho), pemilik toko perhiasan (khususnya kulit kerang), warung, restoran, pemilik bar, dokter umum dan sebagainya (Shiraishi, 1998: 7).
Ida Ruwaidah Noor, seorang praktisi seksualitas, mengemukakan empat prinsip skenario seksual (sexual script) yang jika diperhatikan memiliki persamaan dengan kegiatan prostitusi karayuki-san di Hindia Belanda, antara lain; (1) pola perilaku seksual yang cenderung lokalistik pada prakteknya, (2) pola perilaku seksual karayuki-san muncul bukan semata akibat dorongan biologis semata, tetapi lebih karena pengaruh budaya, (3) pola perilaku karayuki-san membentuk sebuah proses akulturasi dengan budaya di mana prostitusi tersebut berkembang, (4) pola perilaku seksual termodifikasi sesuai dengan kebutuhan individu karayuki-san. Menurutnya, seksualitas secara umum pada dasarnya merupakan konsep sosial yang tidak mandiri, alias sarat dengan kepentingan ekonomi politik yang ada di belakangnya (tanpa nama, 2006: 144).
BERAKHIRNYA PROSTITUSI JEPANG
Di Hindia Belanda prostitusi Jepang “dihapuskan” pada tahun 1912, dua tahun setelah konsulat dihapuskan. Hal ini terjadi karena perubahan paradigma pemerintah Jepang, dalam hal ini konsulat-konsulat Jepang di luar negeri tidak lagi melihat prostitusi sebagai profesi hina yang diperlukan dan untuk dibiarkan demi “kepentingan nasional dan kepentingan negara” Jepang (koku ‘eki), namun profesi ini dipandang sebagai “kehinaan nasional” (kokujoku). Dengan demikian mereka berubah dengan mencabut kategori pekerjaan tersebut, yaitu dengan penghapusan prostitusi Jepang berlisensi (haisho).
Pada awal-awal tahun beroperasinya konsulat (satu demi satu didirikan antara akhir tahun 1890-an dan 1910-an) tidak mempunyai alternatif kecuali menyetujui kegiatan prostitusi ini sebab prostitusi adalah landasan ekonomi mereka dan sumber devisa asing bagi negara Jepang. Konsulat Jepang dengan verdik mempropagandakan perasaan dan keyakinan bahwa bangsa Jepang adalah bangsa “kelas satu” (Ikuyu Kokumin atau Ito Kokumin) dan mereka tidak dapat mengabaikan kenyataan bahwa cap “aib nasional” yang dilemparkan kepada karayuki-san, germo dan pemilik bordil ke dalam posisi makin menjadi orang buangan dalam komunitas Jepang. Hal ini berakibat menimbulkan tekanan dari komunitas terhadap para pihak pelaku prostitusi.
Konsulat Jepang di Batavia menggolongkan populasi orang Jepang menurut pekerjaan yang dilaporkan sendiri oleh para pendaftar, maka laporan tahun 1913 mencatat bahwa para pelacur termasuk dalam kategori “lain-lain pekerjaan” dan “tidak bekerja”. Bahwa pada tahun itu terdapat 918 wanita yang terdaftar sebagai “tidak bekerja”, dapat diduga bahwa kebanyakan dari mereka itu adalah pelacur, sebagaimana tahun 1912 dilakukan pelarangan kegiatan prostitusi. Dengan demikian, bahwa para pelacur tersebut terus dihitung setelah tahun itu, walaupun dengan sebutan yang lain (Murayama, 1998: 140).
Di Hindia Belanda pada tahun 1898 bangsa Jepang disetujui sama status hukumnya dengan orang kulit putih. Hal ini memberi pengaruh pada status gengsi dan mobilitas vertikal naik, dari yang semula warga kelas dua (bersama dengan warga keturunan Arab dan Cina, orang Timur Asing) menjadi warga kelas satu bersama warga Eropa. Ketergantungan perekonomian Jepang di Hindia Belanda terhadap prostitusi juga mulai ditinggalkan sebagai konskuensi logis dari kemenangan Jepang dalam perang Cina-Jepang dan Rusia-Jepang dalam perebutan Pulau Sakhalin (1905), munculnya negara Jepang sebagai negara imperial “kelas satu” setelah Perang Dunia Pertama dan perpindahan profesi orang Jepang ke pekerjaan yang lebih terhormat pada dunia usaha dan industrialisasi dalam jaringan perdagangan Jepang.
Tak dapat disangsikan bahwa keberadaan karayuki-san memicu munculnya perdagangan kecil hingga ekspansi konglomerasi Jepang melalui perusahaan Mitsubishi, Toyoda yang berubah menjadi Toyota, Mitsui, pelayaran OSK Lines dan lain-lain. Singkatnya, kegiatan prostitusi Jepang merupakan cikal bakal gurita industri dan bisnis Jepang di Indonesia hingga saat ini. Tak ketinggalan prostitusi Jepang turut direkam dan memberi inspirasi para penulis besar Indonesia mulai dari Pramoedya Ananta Toer dengan tokoh Maiko, karayuki-san yang menjadi salah satu kembang dalam roman Bumi Manusia, hingga Remy Sylado dengan novel Kembang Jepun karangannya (Santosa, 2009: 27). Hal ini membuktikan bahwa prostitusi Jepang di Hindia Belanda tak sekedar urusan transaksional kelamin belaka melainkan sebuah kegiatan yang mampu menggerakkan perekonomian baik di dalam negerinya maupun pengaruhnya yang tak terelakkan di dunia internasional. Sejarah telah membuktikannya.

*Tulisan ini pernah disajikan dalam Forum Studi Kajian HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Sejarah pada Jumat tanggal 30 Oktober 2009 di ruang J8.102, Gedung J, Universitas Negeri Malang.

**Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah Angk. 2007, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pernah menjadi Sekretaris Pelaksana Seminar Nasional HMJ Sejarah dan Musyawarah Wilayah III IKAHIMSI pada tahun 2008. Saat ini Ketua HMJ Sejarah Periode 2009/2010 dan Pemimpin Umum Jurnal Dimensi Sejarah. Penulis dapat dihubungi pada: Francis_x_hera@yahoo.co.id

DAFTAR RUJUKAN
Astuti, Meta Sekar Aji. 2008. Apakah Mereka Mata-mata? Orang-orang Jepang di Indonesia (1868-1942). Yogyakarta: Ombak.
Murayama, Yoshitada. 1998. Pola Penetrasi Ekonomi Jepang ke Hindia Timur Belanda Sebelum Perang. Dalam Saya Shiraishi dan Takashi Shiraishi (Ed.), Orang Jepang di Koloni Asia Tenggara. Terjemahan oleh P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Post, Peter. 1992. Japanse Bedrijvigheid in IndonesiĆ« 1868-1942: Structurele Elementen van Japan’s Economische Expansie in Zuidoost AziĆ«. Disertasi tidak diterbitkan. Amsterdam: Vrije Universiteit.
Santosa, Iwan. 27 Mei 2009. Sejarah Prostitusi Karayuki-san hingga Amoy dan Uzbek. KOMPAS, hlm. 27.
Shiraishi, Saya dan Shiraishi, Takashi. 1998. Orang Jepang di Koloni Asia Tenggara: Sebuah Tinjauan. Dalam Saya Shiraishi dan Takashi Shiraishi (Ed.), Orang Jepang di Koloni Asia Tenggara. Terjemahan oleh P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Tanpa nama. 2006. Subaltern di Balik Konsep Seksualitas. Srinth!l No. 10, hlm. 135-146.
Toer, Pramoedya Ananta. 1981. Anak Semua Bangsa. Jakarta: Hasta Mitra.
Utomo, Djoko, dkk. Pemberantasan Prostitusi Di Indonesia Masa Kolonial, Penerbitan Naskah Sumber, Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta, 2001. Jakarta: Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation dengan ARSIP NASIONAL RI.
Wibawarta, Bambang. 2008. Dejima: VOC dan Rangaku. Wacana Vol. 10 No.2, Oktober 2008.

F X DOMINI B B HERA (Universitas Negeri Malang 07)


Share/Bookmark Baca Selengkapnya......

ENKLAVE OECUSSE-AMBENO

Tuesday 20 April 2010

Enklave Oecusse-Ambeno adalah sebuah distrik di Timor Leste yang letak geografis wilayahnya dikelilingi oleh wilayah Indonesia. daerah ini sendiri terletak di pantai barat pulau timor. wilayah ini berbatasan langsung dengan kabupaten Timor Tengah Utara dan kabupaten Kupang yang masuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. ketika Timor-Timur masih berintegrasi dengan Indonesia distrik enklave Oecusse-ambeno ini bernama Kabupaten Ambeno dengan ibukotanya adalah Pante Makassar.

Jika dilihat wilayah ini memang terbilang unik karena wilayahnya yang dikelilingi oleh Indonesia. ada dua hal yang menyebabkan mengapa wilayah ini akhirnya menjadi wilayah Portugal pada saat itu. pertama karena wilayah ini adalah tempat pendaratan pertama orang Portugal di pulau Timor tepatnya di daerah Lifau, dan Portugal merasa wilayah yang pertama kali didudukinya harus tetap dikenang dan dipertahankan jangan sampai menjadi wilayah Belanda. kedua adalah adanya sebuah perjanjian di kota Den Haag yang berisi mengenai pembelian wilayah Portugal oleh Belanda seharga 80.000 florin (salah satu mata uang Balanda) akhirnya pulau Flores, pulau Solor menjadi milik belanda termasuk pulau Timor kecuali pulau Tomor bagian timur yang kini dikenal dengan Timor Leste dan juga Enklave Oecusse-Ambeno beserta pulau Jaco dan pulau Atauru. Ketika Timor-Timur akhirnya berintegrasi dengan Indonesia, wilayah ini sudah menyatakan integrasi terlebih dahulu sebelum wilayah Timor-Timur lainnya. dan ketika wilayah ini akhirnya berintegrasi dengan Indonesia banyak sekali kemajuan yang dicapai oleh wilayah ini mulai dari pembangunan dan peningkatan SDA yang sebelumnya tidak didapat pada masa Portugal. Namun kota-kota di wilayah ini akhirnya harus mengalami kehancuran yang dahsyat pasca pengumuman hasil referendum. Banyak bangunan yang berada di kota-kota di Kabupaten Ambeno pada saat itu yang hancur dan terbakar. Semua itu adalah buntut dari hasil jajak pendapat.

Kini setelah Timor Leste berdiri menjadi sebuah negara sendiri, wilayah ini pun masuk menjadi salah satu wilayahnya dengan nama distrik Oecusse-Ambeno dan bukan dipimpin oleh seorang bupati lagi melainkan oleh seorang Adminisrtador. Wilayah ini pun kini berusaha bangkit kembali setelah mengalami kehancurn yang sangat dahsyat akibat peristiwa jajak pendapat dahulu. Pada dasarnya wilayah ini sangat berbeda dengan wilayah Timor Leste lainnya secara budaya wilayah ini justru lebih condong mempunyai budaya yang sama dengan penduduk di Nusa Tenggara Timur. Bahkan bahasa sehari-hari di wilayah ini pun bukan bahasa Tetun malainkan bahasa Dawan.
Sumber :
Buku Islam di Timor-Timur karangan Ambarak A. Bazher
Wikipedia

M Alfian Nugraha (Pend Sejarah 08)


Share/Bookmark Baca Selengkapnya......

Tumbal Revolusi;Amir Sjarifudin (1945-1948)


Menteri Penerangan
Sidang PPKI 19 agustus merupakan salah satu diantara beberapa langkah penting pada awal-awal revolusi. Karena tanggal tersebut merupakan proses awal dalam mengisi kemerdekaan. Dalam sidang itu, PPKI melangsungkan kegiatan sidang yang membahas dan menetapkan pembentukan kabinet dan pembagian wilayah-wilayah di Indonesia. Pembentukan kabinet tersebut merupakan bagian dari sistem presidensial yang telah disepakati pada sidang PPKI sebelumnya. Jelas bahwa dalam sistem presidensial menteri-menteri di tunjuk untuk membantu jalannya pemerintahan dan bertanggungjawab langsung pada presiden .

Amir Sjarifudin merupakan salah satu nama yang tercantum dalam kabinet presidensial. Ia menjabat menjadi menteri penerangan dan Ali Sastroamijoyo menjadi wakilnya. Dapat dikatakan, Menteri Penerangan merupakan awal karir Amir dalam pemerintahan. Namun karena singkatnya waktu yang dijalankan kabinet presidensial sehingga sangat sedikit pula pencapaian yang ia berikan sebagai Menteri Penerangan. Namun ada beberapa aktivitas ketika menjadi menteri, seperti pada terjadinya peristiwa Surabaya, dimana ketika itu Inggris memanggil Soekarno dan Amir Sjarifudin untuk menenangkan arek-arek Surabaya, posisi Amir sangat penting saat itu, walaupun karena Soekarno namun disinilah ide cemerlang Amir sehingga diadakannya gencatan senjata antar kedua belah pihak pada 30 Oktober 1945. Selain itu, Amir pun sering berhubungan dengan perwira KNIL. Pentingnya hubungan itu karena pada masa Soekarno posisi KNIL selalu dikesampingkan, Soekarno lebih suka cenderung pada angkatan lulusan Jepang seperti PETA dll. Namun dengan pendekatan itu, KNIL pun menyatakan dirinya setia pada Indonesia. Tak heran bila nanti ia menjadi Menteri Pertahanan pada Kabinet Sahrir.

Kudeta tak Berdarah Amir dan Sahrir
Amir dan Sahrir dipertemukan dalam keadaan yang sama, karena keduanya memiliki sikap yang sama yakni anti Fasis. Pada masa kependudukan Jepang, dimana ketika golongan tua lebih memilih berklaborasi dengan Jepang. Amir dan Sahrir lebih memilih berjuang dibawah tanah dengan tujuan mengumpulkan masa sebanyak-banyaknya lalu bekerja sama dengan Belanda. Oleh karena itu, terpilihnya Soekarno dan Hatta menurut propaganda mereka adalah hasil dari klaborasi dengan Jepang dan mereka takut di cap bahwa Indonesia merdeka karena pemberian Jepang. Suatu kerugian bila Negara yang baru berdiri ini tidak diakui oleh Negara-negara barat . bahkan malah bisa saja Indonesia kembali jatuh ketangan Belanda sesuai dengan kesepakatan Negara-negara sekutu setelah PD II.

Propaganda tersebut berjalan lancar. Langkah selanjutnya yakni melakukan kudeta pada 16 Oktober 1945, kudeta tak berdarah begitulah ungkapan Chairul Saleh yang berarti pengambil alihan pimpinan nasional yang berbau Jepang dipimpin oleh yang berbau Sekutu. Atau biasa disebut Benerdict ROG Anderson sebagai A Silent Coup.
Pengambilalihan tersebut ditandai dengan perubahan keputusan PPKI pada 22 Agustus 1945. Mengenai:
1. Komite Nasional Indonesia
2. Partai Nasional Indonesia
3. Badan Keamanan Rakyat
Perubahan pertama adalah perombakan KNIP, dimana Amir dan Sahrir dapat melengserkan pimpinan KNIP Mr, Kasman Singodimejo dan merubah KNIP menjadi BPKNIP. Anggota-anggota KNIP pun dirombak, diisi oleh orang-orang pilihan Amir dan Sahrir. Hasilnya dari pebubahan struktur KNIP menjadikan masa kekuasaan istimewa Presiden berakhir, karena BPKNIP di beri kekuasaan menjalankan legislatif.
Selain perubahan KNIP, dampak kudeta adalah tidak terealisasikannya pembentukan satu partai pelopor yang diusulkan oleh Soekarno. Amir dan Sahrir beranggapan bahwa system satu partai adalah ciri-ciri Negara yang berpaham Fasis seperti NAZI di Jerman. Oleh karena itu, pada 3 November 1945 dikeluarkannya Maklumat X yang berisikan pembentukan partai-partai politik yang dikeluarkan oleh Wakil Presiden Moh. Hatta.
Oleh karena usaha kudeta tersebut maka terbentuklah partai-partai seperti:
• Majelis Suro Muslimin Indonesia (Masyumi)
• Partai Syarekat Islam Indonesia (PSII)
• Partai Buruh Indonesia (PIB)
• Partai Rakyat Djelata (PRD)
• Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
• Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI)
• Partai Rakyat Marhaen Indonesia (Permei)
• Partai Nasional Indonesia (PNI)
• Partai Komunis Indonesia(PKI)
• Pertai Rakyat Indonesia (PRI)
• Partai Kebangsaan Indonesia (Parki)
• Partai Rakyat Sosialis (PRS) partai yang didirikan oleh Sutan Sahrir
• Partai Sosialis Indonesia (Parsi). Partai ini didirikan oleh Amir Sjarifudin pada 10 November 1945
• Partai Sosialis. Partai ini adalah gabungan antara PRS pimpinan Sahrir dengan Parsi pada desember 1945. Partai ini dipimpin oleh Sutan Sahrir, Amir Sjarifudin, Oie Hwee Goat. Partai ini bertipikal partai intelektual. Oleh karena bersatunya partai ini, kedua tokoh ini semakin dekat, Amir sebagai motor dan Sahrir menjadi kendalinnya
Puncak dari kudeta tak berdarah itu adalah naiknya Sutan Sahrir menjadi Perdana Menteri pada 14 November 1945. Sebuah kenyataan bahwa adanya penyelewengan UUD 45 yakni berubahnya sistem pemerintahan dari Presidensial menjadi Parlementer. Sebuah timbal balik tentunya, naiknya Sahrir membawa angin segar bagi Amir Sjarifudin, ia pun diberikan posisi yang strategis yakni menjadi Menteri Pertahanan sekaligus Menteri Penerangan.

Peran Amir Sjarifudin sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet PM Sahrir
Naiknya Sutan Sahrir menjadi PM tak luput dari peran besar Amir. Keduanya memiliki tujuan yang sama dan cita-cita yang sama, hal ini dapat terlihat bagaimana upaya besar Amir yang selalu bekerja sama dengan Sahrir untuk mencapai tujuan tersebut. Hasil terpenting yang nyata, bahwa Indonesia telah diakui secara de facto oleh Negara-negara sekutu, walaupun Belanda masih enggan dan berusaha untuk dapat menguasai Indonesia menjadi Negara jajahannya kembali.
Rasa balas budi, mungkin itulah yang ada dalam benak Sahrir saat itu. Sahrir yakin, bila Amir tidak ada disampinya, Negara ini tetap dipegang oleh gologan tua. Oleh karena itu, Sahrir memasukan Amir dalam struktur kabinetnya. Ia menjadi Menteri Pertahanan dan dapat dikatakan sebuah jabatan yang terpenting karena posisi ini adalah posisi yang sangat strategis apalagi Indonesia baru saja menjadi Negara merdeka pastinya pertahanan Negara merupakan tonggak terpenting. Selain itu, posisi ini menjadi permainan politik, siapa yang menjabat dapat memperkuat dan menguntungkan bagi kepentingan ideologinya.
Melihat begitu besarnya peran persenjataan, Amir tidak menyianyiakan kesempatan ini. Ia membuat basis-basis kekuatan dalam angkatan persenjataan dan basis buruh, disinilah terciptanya TNI masyarakat. Selain itu, ia menyimpan senjata-senjata cadangan yang hanya diketahui oleh orang-orangnya saja. Nantinya, hasil kecerdikan Amir ini menjadi pertentangan terpenting pada kabinet Hatta bahkan menjadi sebuah kekuatan dalam melancarkan kudeta Madiun yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.

Penculikan terhadap PM Sahrir (Kudeta 3 Juni 1946) sampai Perundingan Linggarjati

Walaupun pada dasarnya jabatan Menteri Pertahanan banyak digunakan untuk kepentingannya sendiri. Namun ia tetap bertanggung jawab terhadap Negaranya, apalagi keamanan itu mengancam posisi PM Sahrir yang berarti juga mengancam keberlangsungan pemerintahan republik.

Peristiwa ini terjadi pada masa Kabinet Sahrir II. Dimana Tan Malaka dalam organisasinya Persatuan Perjuangan mengadakan penculikan terhadap Sahrir. Penculikan ini didasarkan karena adanya kesepakatan Tan Malaka dengan Soekarno dan juga kekecewaan anggota Tan Malaka karena Sahrir terlalu lembek dalam menghadapi Belanda. Sahrir di culik pada 27-28 Juni 1946 di Surakarta. Intinya peristiwa kudeta ini merupakan cara perebutan kekuasaan terhadap PM Sahrir.
Selain Sahrir, nama Amir Sjarifudin pun disebut-sebut dalam daftar penculikan. Rencananya ia akan diculik pada 3 juli 1946 walaupun kenyataannya penculikan itu tidak berhasil. Dengan kapasitasnya sebagai Mentri Pertahanan, ia mampu mengatasi pemberontakan tersebut dengan mengarahkan Polisi Militer dan bantuan laskar Persindo. Beberapa tokoh sentral pemberontakan ini dapat tertangkap diantaranya, Tan Malaka, M. Yamin, Sayuti Melik, Chairul Saleh, Abikusno dan Jendral Sudarsono.
Dari beberapa yang tertangkap ditemukan dokumen yang berisi mengenai jalannya kudeta tersebut. Antara lain :
- Presiden Soekarno pada 3 Juli 1946 akan dipaksa memberhentikan Kementrian Negara yang dipimpin oleh Sutan Sahrir dan Amir Sjarifudin.
- Presiden Soekarno dipaksa menandatangani daftar susunan Dewan Pimpinan Politik dan Kementrian Negara baru.
Penyelesaian kudeta 3 Juli 1946 dapat terselesaikan oleh Mentri Pertahanan Amir Sjarifudin. Ia pun membawa Tan Malak dkk ke Mahkamah Tentara Agung. Didepan pengadilan mereka mengatakan bahwa mereka tidak melakukan kudeta tetapi hanya menjalankan hak petisi dari hak demokrasi yang diakui oleh UUD 45. Namun kenyataannya, mereka tetap dipenjara, hal ini dikarenakan kesaksian Amir yang mengatakan bahwa perbutan mereka jelas-jelas merupakan suatu perebutan kekuasaan pemerintahan parlementer dan mereka harus dihukum. Bahkan dalam organisasinya sendiri, Amir pun menyikapi kudeta Persatuan Perjuangan itu dengan cara menarik pasukan-pasukannya khususnya anggota Persindo dari Persatuan Perjuangan pada Bulan Maret 1946.
Setelah terjadinya pristiwa kudeta tersebut, pemerintahan kembali normal, Sahrir telah bersiap-siap untuk mengadakan perundingan dengan Belanda. Perundingan Linggarjati pun berlangsung pada 10-15 November 1946. Dalam perundingan ini, tugas pemerintahan dibagi dua, Amir sebagai Menteri Pertahanan menyusun kekuatan di Yogjakarta dengan cara melihat kesiapan tentara-tentara nasoinal, Sahrir sebagai PM memimpin diplomasi di Jakarta. Perundingan pun berlangsung dipihak Belanda sendiri diwakili oleh Prof. Shermerhon. Hasil perundingan itu antara lain:
1. Pemerintahan Belanda mengakui pemerintahan Republik Indonesia secara de facto, menjalankan kekuasaan atas Jawa, Madura dan Sumatra.
2. Pemerintahan Belanda dan Pemerintahan Repulik Indonesia bekerja sama agar terbentuknya Negara Indonesia Serikat yang Merdeka dan berdaulat atas dasar demokrasi dan system federal.
3. Bagian-bagian Negar Indonesia Serikat adalah Republik Indonesia, Kalimantan, dan Indonesia Timur.
4. Perselisihan antara Belanda dan Indonesia tidak terealisasikan oleh perundingan diserahkan pada arbitrase.

Bila dilihat dari hasil perundingan diatas, jelas bahwa isi perundingan Linggarjati sangat merugikan Indonesia. Banyak kecaman yang ditujukan pada pemerintahan PM Sahrir. Demikiannya pula sikap Amir Sjarifudin. Ada perbedaan pendapat dikalangan sejarahwan mengenai sikapnya atas linggarjati. Menurut TB. Simatupang dalam bukunya Laporan dari Banaran Amir Sjarifudin mendukung apapun hasil keputusan dari perundingan bahkan mencapai 100 persen. Namun ada juga yang mengatakan bahwa karena perundingan Linggarjati ini, Amir menarik dukungan dan sebagian besar anggotanya yang berasal dari sayap kiri. Bahkan ada yang beranggapan bahwa Pasca Linggarjati, Amir sendiri menjatuhkan Kabinet Sahrir hingga terjadi perpecahan dalam tubuh Partai sosialis yang berujung pada pembentukan partai baru oleh Sahrir yakni Partai Sosislis Indonesia (PSI). Sangat sulit untuk mencap yang mana pendapat yang benar tentang bagaimana sikap Amir terhadap Perundingan Linggarjati. Namun menurup penulis sendiri pendapat bahwa perpecahan sehingga Sahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia dinilai kurang pas karena pecahnya partai sendiri dikarenakan adanya perbedaan pandangan saat masa Kabinet Hatta.
Karena banyaknya kecaman yang ditujukan kepada Sahrir maka pada 27 Juni 1947 Sahrir memutuskan mundur sebagai PM.

Perdana Menteri (3 Juni 1947 - 23 Januari 1948)

Mundurnya sahrir dan kabinetnya menjadikan posisi PM kosong. Sedangkan situasi mulai tidak memungkinkan. Belanda kembali datang dengan pasukanya untuk menguasai Indonesia. Berbagai daerah timbul pergolakan, hal ini terjadi karena adanya penafsiran yang berbeda dalam menjalankan perundingan Linggarjati, baik pihak Belanda ataupun dari Indonesia sendiri.
Kekosongan posisi PM menbuat Presiden Soekarno mengambil sikap. Ia menganjurkan terbentuknya kabinet persatuan. Kabinet ini diisi oleh semua unsur yang ada di Indonesia baik Nasionalis, Agama, ataupun Sosialis. Namun terjadi suatu kendala, pihak agama (terutama Masyumi) tidak mau masuk dalam kabinet Amir karena menilai bahwa Amir sangat condong pada Sosialis Radikal sehingga terjadi perpecahan dalam Masyumi, para tokoh-tokoh yang menginginkan masuk dalam kabinet Amir memecahkan diri dan membentuk PSII. Disatu sisi bagi kaum nasionalis ini adalah saatnya mereka masuk dalam struktur pemerintahan bahkan dapat dikatakan PNI pertamakali masuk dalam pemerintahan. Kabinet Amir pun dilantik pada 3 Juli 1947.
Sekalipun kabinet ini diusulkan menjadi kabinet persatuan, namun nyatanya sayap kiri sangat mendominasi. Beberapa tokoh kiri yang masuk dalam kabinet Amir, Antara lain:
- Amir Sjarifudin (Komunis) PM merangkap Menhan
- Setiadjid (Buruh Komunis) Deputi PM
- S.K Trimurti (Buruh Komunis) Menteri Pemburuhan
- Abdul Madjid (Komunis) Menteri Muda Dalam Negeri
- Moh. Tamsil (Sosialis) Menteri Luar Negeri
- Dr. Ong Eng Djie (Sosialis) Menteri Muda Keuangan
- Siouw Giok Tan(Komunis) Menteri Negara
- Wikana (Komunis) Menteri Negara
- Dll.
Terbentuknya Kabinet Amir Sjarifudin bersamaan dengan terjadinya aksi Polisionil Belanda I yang melangsungkan penyerangannya pada 20 Juli 1947. Penyerangan ini dikaranakan keinginan besar Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia, walaupun telah ada kesepakat Linggarjati. Keadaan yang semakin parah, Belanda mampu menguasai pusat-pusat strategis RI. Satu hal yang menjadi nilai positif yakni aksi polisionil ini mendapat kecaman dari Negara-negara lain, termasuk anggota sekutu, atas nama Dewan Keamanan PBB maka Australia berinisiatif mengajuakan diadakannya sidang darurat.
Pada 25 Agustus 1947 dibentuk Komisi Tiga Negara yang bertujuan untuk menyelesaikan politik diantara kedua Negara. Komisi ini dibentuk sebagai langkah untuk memulai diadakannya Perundingan di tahap selanjutnya. Sebenarnya dalam diri Indonesia sendiri timbul keraguan, ditakutkan Negara-negara sekutu lebih menguntungkan Belanda dari pada Indonesia.
Hasil dari KTN sendiri diantara dilanjutkan masalah ini ke meja perundingan. Oleh karena itu dibentuklah wakil-wakil dari kedua Negara. Dari Belanda sendiri, diketuai oleh Abdulkadir, dengan wakilnya van Vreendenburch, sedangkan anggotanya dari daerah-daerah di Indonesia yang penjabatnya tidak memiliki wewenang yang menjadi “anak buah” dari Van Mook. Dari Indonesia sendiri diwakili oleh PM Amir Sjarifudin, Menteri Ali Sastroamidjoyo, Agus salim, Dr. Leimmana dan anggota KNIP Moh. Roem.
Perundingan pun rencananya akan dilaksanakan di Kapal pengangkut AL AS Renville di Teluk Jakarta. Untuk menyambut Perundingan ini, Pada 31 Oktober 1947 Amir selaku PM membacakan pidatonya yang menyatakan:
1. Status Republik Indonesia sebelum Belanda melakukan aksi militernya pada tanggal 21 Juli 1947 harus diakui tanpa syarat.
2. Pasukan Belanda harus diundurkan pada kedudukan sebelum mereka melakukan aksi militer pada 21 Juli 1947.
3. Dengan tidak diundurkannya tentara Belelanda dari daerah Republik Indonesia, permusuhan yang ada sekarang akan menghebat menjadi perang dalam arti sesungguh-sungguhnya
Namun ditengah berlangsungnya KTN, Belanda menolak skema yang diusulkan oleh PBB yang berisi bahwa Belanda harus mengosongkan wilayah-wilayah yang ia kuasai. Belanda pun mengajukan opsi yakni garis demarkasi berdasarkan garis Van Mook bahkan Belanda secara sepihak telak mengsahkan opsi itu dari 5 september 1947.
Sangat mengecewakan, usulan Belanda tersebut diterima oleh KTN. Bahkan PBB menganjurkan untuk menerima poin tersebut. Amir yang bertanggung jawab karena ia sebagai PM menolak usul itu, perwakilan Indonesia pun meninggalkan kapal Renville (kapal Renvill digunakan dalam perundingan KTN dan persetujuan Renvill sendiri) dengan tetap melanjutkan perang walau apapun resikonya. Selain itu, Amir juga menjelaskan pada pers bahwa Belanda telah menolak usulan gencatan senjata yang diajukan KTN.
Sekali lagi, PBB mencoba membujuk Republik agar mau melanjutkan perundingan. bahkan Prof Graham sendiri yang merupakan wakil Amerika serikat di Indonesia mengatakan bahwa Amerika tidak mencoba untuk melemahkan posisi Indonesia malahan ini merupakan cara agar Belanda tidak menggunakan kekerasan terhadap RI.
Keputusan pun diambil, Indonesia mau mengikuti perundingan tersebut dengan adanya pertimbangan, ketakutan bila korban bertambah parah bila tetap melaksanakan aksi militer, dank arena menghargai jasa-jasa PBB yang mau mengikapi permasalahan ini. Dengan pertimbangan seperti itu, Indonesia pun melanjutkan perundingan hingga terjadinya kesepakatan perundingan Renvill.
Perundingan Renvill di tanda tangani pada sidang keempat tanggal 17 Januari 1948. Hasil dari perundingan tersebut jauh lebih parah dari perundingan sebelumnya. Salah satunya adalah wilayah Indonesia semakin kecil, dan mengikuti garis van Mook. Tentara-tentara yang ada disana (Jawa Barat) harus mengosongkan wilayah itu, pada perkembangan selanjutnya didaerah ini terjadi peristiwa besar yakni Pemberontakan DII/TII.
Akibat perundingan tersebut Amir Sjrifudin dikecam oleh beberapa kalangan. Bahkan partainya pun mengecam tindakan Amir, hal ini terjadi dikarenakan Amir sendiri menanda tangani persetujuan tersebut tanpa terlebih dahulu meminta pandangan pada partainya sehingga tentara berdemonstrasi menuduh Amir sebagai pengkhianat. Sebelum penanda tanganan sebenarnya Amir yakin bahwa ia akan didukung penuh oleh partainya. Namun bukannya mendapat dukung tapi malah mendapat kecaman dari beberapa pihak. Spekulasi sejarah terjadi, ada yang mengatakan bahwa keputusan Amir menandatangani persetujuan tersebut dikarenakan karena Amir beragama Kristen dan perwakilan AS juga beragama Kristen sehingga Amir disarankan untuk menyetujui dan nanti ia akan membantu Amir untuk mengadakan perundingan kembali yang lebih menguntungkan Indonesia, tapi sayang ketika perundingan itu telah disetujui, perwakilan AS itu ditarik kembali oleh negaranya. Amir pun mundur sebagai Perdana Menteri pada 23 Januari 1948 dengan meninggalkan kekecewaan dari hasil keegoisannya.

Kabinet Hatta
Melihat bahwa orang-orang sosialis kontra Soekarno tidak mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan baik, maka Presiden Soekarno pun memutuskan untuk mengangkat Moh. Hatta sebagai Perdana Menteri ketiga. Keputusan ini juga merupakan sebuah pertimbangan bahwa kondisi Amir tidak memungkinkan lagi menjadi PM bahkan menjadi Menteri Pertahanan, seperti yang dikutip dalam kesaksian Dr. R. Soeharto.
perubahan tingkah laku Mr. Amir Sjarifudin dari tinjauan kesehatan oleh Dr. Soeharto dan sejawatnya, tidak terdapat pada penulisan sejarah manapun. Tidaklah berarti hal tersebut menjadi salah. Melainkan tetap benar, hanya yang seperti dikemukakan oleh Dr. Soeharto dengan pertimbangan politik saat itu, tidak berani diajukan ke Presiden Soekarno. Akibatnya, kondisi kesehatan Amir Sjarifudin dengan perubahan wataknya tidak terpublikasikan pada saat itu.
Oleh karena itu,dampak dari terganggunya kesehatan Mr. Amir Sjarifudin bersedia menandatangani hasil perundingan Renvill yang disodorkan oleh Abdulkadir widjojoatmojo, walaupun sangat merugikan Republik.
Naiknya Hatta menjadi Perdana Mentri banyak menimbulkan Pro dan Kontra. Orang-orang seperti PNI dan Masyumi mendukung berdirinya kabinet tersebut. Dilain pihak, orang-orang kiri tidak menyukai orang-orang pro Sukarno menjadi Perdana Memteri. Amir sendiri kecewa terhadap Soekarno yang telah memilih Hatta menggantikan dirinya.
Kekecewaan golongan kiri terhadap Kabinet Hatta diawali dengan ditolaknya Amir sebagai Menteri Pertahanan. Oleh karena itu pada 26 februari 1948 Amir Sjarifudin dan Stiadjit dalam rapat raksasa di Surakarta mengubah Sayap kiri menjadi Front Demokrasi Rakyat (FDR). Walaupun telah diajak untuk bergabung dengan kabinet Hatta dengan diberikan tiga kursi namun tetap saja FDR memilih menjadi oposisi karena alasan yang tadi, tidak diangkatnya Amir Sjarifudin menjadi Menteri Pertahanan.

Walaupun Kabinet Hatta mendapat ancaman dari FDR, namun Kabinet ini tetap tegar dan tidak takut terhadap mereka. Bahkan dalam menjalankan kabinetnya, Hatta akan menjalankan program:
1. Melaksanakan Persetujuan Renville
2. Mempercepat pembentukan Negara Indonesia Serikat
3. Melakukan Rasionalisasi dalam kententaraan
4. Rekonstruksi Nasional.
Melihat seperti itu program Hatta, membuat FDR semakin kesal, walaupun Renvill memang ditandatangani oleh Amir tapi Amir sendiri telah mengakui kesalahannya, dan ikut menolak dijalankannya persetujuan tersebut. Poin yang tak kalah penting adalah mengenai diadakannya Rasionalisasi kententaraan. Dijalankannya program ini dapat membuyarkan hasil yang Amir lakukan saat menjadi Mentri pertahanan. Karena bila ini terlaksana maka TNI masyarakat mau tidak mau harus dihapuskan. Bila melihat dari kenyataan, sebenarnya pendapat Amir ada benarnya, karena kebijakan yang dilakukan Hatta adalah mengurangi tentara dari 470.000 menjadi 57.000. sedangkan pada saat itu tentara Belanda memiliki 240.000 tentara di Indonesia.
Karena program-program yang dikeluarkan oleh Hatta sangat tidak menguntungkan bagi FDR. Maka sebagai pihak oposisi mereka mengeluarkan program tandingan seperti:
1. Menolak Persetujuan Renville
2. Menghentikan Perundingan dengan Belanda
3. Menasionalisasikan perusahaan-perusahaan asing yang vital.
Bila dilihat dari perbedaan Amir dan Hatta, dapat disimpulkan bahwa menurut Amir revolusi adalah Negara yang merdeka penuh, demokratis, bebas dari dominasi asing baik dari segi politik maupun ekonomi. Bagi Hatta sendiri Revolusi adalah kemerdekaan dan memberi tempat pada Negara-nagara barat untuk menanamkan modal di Indonesia. Pertantangan keduanya tidak hanya sebatas pada pandangan program. Hatta juga membebaskan pemberontak 3 juni (Tan Malaka Dll), jelas ini merupakan ancaman bagi Amir, karena Tan Malaka merupakan salah seorang tokoh yang dibenci oleh sayap kiri walaupun sebenarnya ia adalah komunis. Puncak dari pertantangan ini adalah terjadinya peristiwa Madiun. Dimana Amir melakukan kudeta terhadap pemerintahan dibawah naungan PKI.
Selain pertentangan antara Amir dan Hatta, dalam tubuh partasi sosialis sendiri terjadinya perpecahan antara Amir dan Sahrir. Perpecahan ini dikarenakan perbedaan pandangan antara keduanya. Sahrir lebih suka terhadap Hatta dan mendukung program-programnya. Bagi Sahrir, Indonesia tidak boleh memihak salah satu Negara besar, baik Amerika maupun Uni Soviet. Sahrir pun dapat melihat, bahwa Amir sekarang adalah Amir yang memiliki jiiwa komunis yang kuat dalam dirinya. Bahkan Sahrir pernah menyindir Amir dengan menanyakan bahwa apakah ia dahulu nasionalis baru komunis atau sebaliknya apakah ia dahulu komunis lalu nasionalis. Puncak pertentangan ini adalah perpecahan partai, Amir membentuk Partai Sosialis Baru dan Sahrir membentuk Partai Sosialis Indonesia pada 13 Februari 1948. Bahkan Partai Sosialis Baru inilah yang menjadi cikal bakal menjadi FDR.

Peristiwa Madiun: Revolusi Memakan Anak Sendiri

Kekecewaan, begitulah yang dirasakan oleh Amir Sjarifudin. Kekecewaan tersebut menjadi sebuah niat yang buruk dengan mengadakan cup terhadap pemerintahan Indonesia. Melihat bahwa persiapan yang ia berikan saat menjadi mentri Pertahanan menjadi sebuah modal kuat untuk terealisasikan pemberontakan ini. Keoptimisan tersebut diawali dengan pengakuannya sebagai seorang komunis yang telah di bai’at oleh Muso pada 1935 lalu. Ia pun secara terang-terangan pada 9 september 1948 melalui radio mengakui kesalahan dahulu ketika bekerja sama dengan Belanda.
“sebagai seorang Komunis saya akui kesalahan saya, dan saya berjanji tidak akan membikin kesalahan lagi. Saya menerima 25 ribu gulden dari Belanda sebelum kependudukan Jepang, guat menjalankan gerakan bawah tanah. Tetapi saya terima uang itu karena Comintern supaya kita bekerja sama dengan kekuatan kolonial dalam satu front melawan fasisme…..Tak ada alasan lagi buat bekerja sama dengan kaum kapitalis. Kaum komunis sekarang tidak memerlukan lagi bekerja sama dengan kaum kapitalis”.
Masyumi menjadi salah satu partai yang selalu diajak bersama-sama melawan pemerintah Hatta. Tapi tidak berhasil, karena Masyumi mengetahui bahwa ada motif tidak baik dalam kesepakatannya dengan golongan kiri, Masyumi akirnya menolak ajakan FDR untuk bergabung bersama mereka.
Walaupun gagal mempengaruhi Masyumi, FDR optimis mampu melancarkan kudeta itu dengan berhasil, apalagi saat kedatangan Muso yang sejak pristiwa PKI 1926 selalu berada di luar negeri. Kedatangannya membawa angin segar bagi para komunis. Bahkan menurut Amir sendiri kedatangan Muso mempercepat proses yang sudah berkembang.
Langkah cepat diambil mereka berdua. Muso langsung menjabat menjadi ketua PKI menggantikan Sadjono. Amir ikut bergabung dengan Muso, dengan membubarkan FDR dan mengabungkannya dengan PKI. Beberapa partai yang menjadi anggota PKI antara lain: Persindo, Partai Sosialis Amir, Partai Buruh, SOBSI, BTI, dan TNI Masyarakat. Selain itu, merekapun sepakat untuk menjadikan Madiun sebagai ibu kota Negara Soviet Indonesia. Lalu mengganti lagu Indonesia Raya dengan lagu Internasionale. Bahkan menurut Hatta, ia mendengar bahwa Muso akan menjadi Presiden dan Mr. Amir Sjarifudin menjadi Perdana Menteri.
Melihat kondisi tersebut pemerintahan pusat segera bertindak. Presiden Soekarno langsung menunjuk Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Jendaral di Solo dan sekitarnya. TNI langsung mengantisipasi pemberontakan yang di mulai pada 16 September 1948 itu. Di pusat sendiri, tanggal 19 Sepetember 1948 Soekarno mempropagandakan rakyat melalui siaran radio bahwa terjadi pemberontakan oleh komunis, rakyat sendiri disuruh memilih apakah memilih Muso dan PKInya atau Soekarno dan Hatta. Propaganda ini sangat meyakinkan rakyat. Sehingga pada 21 September 1948 dengan perintah terhadap TNI, kesatuan Brawijaya dengan dibantu oleh rakyat mampu menumpas pemberontakan ini. Para petinggi PKI pun tertanggap termasuk Amir Sjarifudin dan Muso. Bahkan Muso sendiri mati dalam pertempuran pada 31 Oktober 1948 oleh pasukan yang dipimpin M. Jasin.

Akhir Seorang Amir Sjarifudin
Ada berbagai versi yang menyebutkan bahwa peristiwa Madiun hanyalah suatu lokalitas. Yakni dimana kelompok membeladiri dari komunis. Bahkan peristiwa ini pun dinilai sebagai persengketaan antara TNI dengan laskar-laskar Revolusi terutama sayap kiri. Apapun versinya namun kenyataannya peristiwa ini telah terjadi dan menelan korban putra-putra bangsa seperti yang dialamai oleh Amir.
Amir dikatakan masuk dalam perangkapnya sendiri. Ia salah tafsir, ternyata ia tidak didukung oleh rakyat malahan rakyatlah yang sebenarnya mendukung Soekarno. Namun karena kepalang tanggung, ia pun melaksanakannya. Pada 23 September Amir mengucapkan Pidato Penghabisan karena melihat bahwa tentara telah mengepungnya.
Perjuangan yang kami adakan waktu ini hanya buat member koreksi kepada revolusi-revolusi kita. Jadi dasarnya tidak berubah sama sekali. Revolusi ini tidak berubah corak dari nasionalisnya, yang sebenarnya adalah Revolusi merah putih dan lagu kebangsaan kami adalah lagu Indonesia raya
Namun apa mau dikata, walaupun pidato tersebut adalah sebuah ungkapan hati putra tanah air. Tetap saja pemerintah menilai itu hanya sebuah alasan dan taktik mereka. Pada 28 Oktober 1948 pasukan PKI telah hancur. Amir pun tertangkap hidup-hidup pada 31 Oktober bersama Soeripno.
Tanggal 19 desember 1948 adalah hari yang tragis baginya. Ia bersama 10 pemimpin teras PKI dikeluarkan dari gerbong kereta di Desa Ngaliyan, Solo. Sebanyak 20 orang penduduk desa disuruh tentara menggali tanah sedalam 1 setengah meter. Amir yang pada saat itu menggunakan piyama putih, celana biru panjang hijau, dan membawa buntelan sarung lalu bertanya “saya mau diapakan?”. Amir pun tahu bahwa ajalnya akan sampai. Bersama ke sepuluh temannya ia menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Internasionale. Setelah selesai Amir berseru “Bersatulah kaum buruh sedunia, aku mati untuk mu!”. mereka pun masuk kedalam tanah, lobang yang digali oleh waga desa tadi.

Satu hal yang menjadi kejanggalan, bahwa Amir adalah pelaku kudeta yang tertangkap hidup-hidup. Namun nyatanya selama ditahan ia tidak pernah diperiksa sama sekali. Malahan ia akhirnya dihukum mati tanpa adanya keputusan yang diambil oleh pengadilan. Amir Sjarifudin putra bangsa yang menjadi tumbal revolusi negaranya sendiri. Mengapa pemerintah saat itu tidak mau mengadili Amir Sjarifudin. Bila sejarah dapat berspekulasi (walaupun kenyataannya tidak boleh) pemerintah takut bila nanti Amir bersaksi mengenai kebenaran yang terjadi. Sesungguhnya, biarlah ia menjadi korban demi baik nama Republik Indonesia.

Daftar Pustaka
Asvi Warman Adam, Seabad Kontroversi Sejarah, Yogyakarta: Ombak 2007
Hanifah, Abu, Manusia dalam Kemelut Sejarah, Jakarta: LP3KIs 1977
Pramudya, Dkk, Kronik Revolusi Indonesia BAB III. Jakarta: Gramedia Feb 2001
Ricklefs M,C, Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada Univesrity 1994

Salean, Maulwi, Dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 66. Jakarta: Visimedia, 2001

Simatupang,T,B, Laporan Dari Banaran. Jakarta: Sinar Harapan 1980
Soeharto, R. Dr, Saksi Sejarah Mengikuti Perjuangan Dwitunggal, Jakarta: Gunung Agung 1982

Soerojo, Soegiarso, Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai, Jakarta: Antar Kota 1989
Soetanto, Himawan, Yogyakarta: Jendral Spoor versus Jendral Sudirman, Jakarta: Gramedia Pustaka 2006
Suryanagara, Ahmad, Mansyur, Api Sejarah 2, Bandung: Salamadani 2010

Okto Dellon (Pend Sejarah 08)


Share/Bookmark Baca Selengkapnya......

The Tielman Brothers

Monday 19 April 2010

The Tielman Brothers adalah sebuah grup musik rock n’ roll asal Indonesia yang cukup terkenal di Eropa pada tahun 1950-an. Band ini lebih dulu terkenal sebelum munculnya band rock n’ roll lainnya seperti The Beatles dan Rolling Stones. Band ini merupakan perintis rock n’ roll Belanda, namun di Belanda, aliran ini dikenal dengan istilah Indorock.

Pasangan kakak beradik ini antara lain, Andy Tielman (lead guitar, vokal), Reggy Tielman (rhytm, vokal), Ponthon Tielman (double bass, vokal) dan Loulou Tielman (drum, vokal) The Tielman Brothers pernah tampil di Istana Negara Jakarta dihadapan Presiden Soekarno. Mereka adalah anak dari Herman Tielman asal Kupang dan Flora Lorine Hess asal Semarang. Karir rekaman mereka dimulai ketika keluarga Tielman pada tahun 1957 hijrah dan menetap di Breda, Belanda. Nama The Tielman Brothers lebih dikenal di Eropa, terutama Belanda. Di tahun 1958 TheTielmans Brothers punya 3 album yang jadi hits di seluruh dunia dan memiliki banyak Gibson Les Paul keluaran pertama yang baru di impor ke Belanda saat itu.

Sebelum pergi mengadu nasib ke Belanda, band yang berasal dari Maluku ini besar di Surabaya. Ketika di Surabaya, empat bersaudara Tielman kecil sering memainkan lagu-lagu daerah pada tahun 1945. Mereka tampil saat sang Ayah yang berprofesi sebagai komandan tentara KNIL sering mengajak rekan-rekannya berpesta di rumah. Ternyata, penampilan kakak beradik ini sangat memukau penonton yang hadir dalam pesta itu.
Penampilan pertama mereka adalah di Hotel De Schuur di Breda, dengan membawakan versi lain dari lagu Bye Bye Love nya The Everly Brothers. Setelah penampilan yang heboh di Belanda, The Tielman Brothers semakin dikenal di seluruh Belanda bahkan mereka sering diundang tampil di Belgia dan Jerman. Pada awal tahun 1960 The Tielman Brothers merilis 4 lagu ciptaan mereka sendiri, lagu itu antara lain My Maria, You're Still The One, Black Eyes, dan Rock Little Baby. Lagu ciptaan mereka ternyata banyak disukai oleh orang-orang Belanda.
Namun sayang, eksistensi mereka masih kurang diakui di Indonesia hingga saat ini. Padahal, musisi sekelas Paul McCartney dari The Beatles terinspirasi dari band Indorock ini dan permainan gitar seperti Jimi Hendrix yang memainkan gitar dengan gigi sebenarnya sudah pernah dimainkan sebelumnya oleh The Tielman Brothers.
Akhirnya, di tahun 1976 band ini dikabarkan bubar karena boleh dikatakan permainan musik mereka terkesan mandek dan tidak ada perkembangan alias kurang eksploratif. Mereka bermain musik di tataran yang itu-itu saja, dan itulah yang akhirnya membuat publik menjadi bosan. Begitupun, karya mereka sampai sekarang masih sangat digemari di luar negeri, terutama di Belanda.
Kini tinggal Andy Tielman saja yang masih eksis bermain musik dan tinggal di Belanda. Di usianya yang sudah semakin senja, Andy Tielman kini lebih banyak rekaman untuk lagu-lagu rohani dan sesekali tampil di publik Belanda dengan gitarnya.

Achmad Seftian (Pend Sejarah 08)


Share/Bookmark Baca Selengkapnya......

Atlantis, apakah di Indonesia ?

Sunday 18 April 2010

Pernahkah terbetik dalam pikiran anda bahwa negeri yang kita diami saat ini sangat mungkin dulunya sebuah kekaisaran dunia yang menjadi sumber segala peradaban besar di dunia? . Surga yang disebut-sebut oleh berbagai tradisi suci dunia? Adalah sangat mungkin hal itu terjadi setelah penelitian panjang dengan berbagai bukti. Prof. Arysio Nunes dos Santos memastikan bahwa situs Atlantis adalah Indonesia.

Atlantis adalah pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias. Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules", dan memiliki angkatan laut yang menaklukan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam".Atlantis umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politik.
Atlantis merupakan kota hilang yang paling terkenal dan paling diburu sepanjang sejarah. Cerita Plato mengenai Atlantis sebagai sebuah kota yang hilang ke dasar laut, hingga kini rupanya tetap menjadi cerita yang menarik untuk diselidiki. Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak orang yang mulai berlomba-lomba menguak misteri hilangnya Atlantis yang diperkirakan tenggelam ke dasar laut akibat letusan gunung dan gempa bumi di Samudera Atlantik. Mulai dari penerapan teknologi sonar hingga satelit pun dilibatkan dalam pencarian sisa kota Atlantis.
Secara tegas dinyatakan dalam buku ini bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia. Selama ini, benua yang diceritakan Plato 2.500 tahun yang lalu itu adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis yang memiliki peradaban yang sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang kemudian hilang tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi sebagai hukuman dari para Dewa. Kisah Atlantis ini dibahas dari masa ke masa, dan upaya penelusuran terus pula dilakukan guna menemukan sisa-sisa peradaban tinggi yang telah dicapai oleh bangsa Atlantis itu. Pencarian dilakukan di samudera Atlantik, Laut Tengah, Caribea, sampai ke kutub Utara. Pencarian ini sama sekali tidak ada hasilnya, sehingga sebagian orang beranggapan bahwa yang diceritakan Plato itu hanyalah negeri dongeng semata.
Profesor Santos yang ahli Fisika Nuklir ini menyatakan bahwa Atlantis tidak pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah. Lokasi yang benar secara menyakinkan adalah Indonesia, Dia mengatakan bahwa dia sudah meneliti kemungkinan lokasi Atlantis selama 29 tahun terakhir ini. Ilmu yang digunakan Santos dalam menelusuri lokasi Atlantis ini adalah ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Arkeologi, Linguistik, Etnologi, dan membandingkan Mitologi bangsa-bangsa.
Terlepas dari pembuktian fakta keberadaan Atlantis sebenarnya. Buku ini secara tidak langsung mempromosikan Indonesia ke dunia luar. Semoga dengan kehadiran buku ini tidak hanya Bali yang dikenal oleh masyarakat dunia tapi juga Indonesia secara keseluruhan.
Dengan adanya fakta yang menyebutkan Indonesia adalah Atlantis yang sebenarnya kita haruslah berbahagia dan bangga terhadap apa yang kita miliki bahwa Indonesia tempat lahir peradaban-peraban besar di muka bumi ini. Jadi kita tidak perlu kecil hati dan pesimis bahwa kita sebenarnya adalah negara yang hebat dahulu kala dan kita punya kewajiban untuk mewujudkan itu kembali menjadi masyarakat yang maju di segala hal tidak hanya pembangunan fisik tetapi juga pembangunan mental dan karakter. Sehingga kita tidak menjadi seseorang yang “split personality” tidak punya arah hidup dan akhirnya hidup mengambang tidak menapak di dunia yang utopis.
Seakan membenarkan ramalan Joyoboyo pada abad ke-11 yang menyatakan bahwa Sabdo Palon Noyo Genggong akan kembali turun ke dunia sebagai pertanda kembali jayanya negeri khatulistiwa. Ataukah sebenarnya “the location of Atlantis was in Plato’s mind” andalah yang menimbang apakah buku ini layak untuk dipercayai atau tidak.

DATA BUKU

Judul : "Atlantis, The Lost Continent Finally Found"
Penulis : Prof. Arysio Nunes dos Santos
Penerbit : Ufuk Press, Jakarta
Tebal : iv + 676

Tahun Terbit : Januari 2010

M. Iqbal Adriansyah (Pend Sejarah 08)


Share/Bookmark Baca Selengkapnya......